Sistem Kompensasi: Satu Bentuk Penghargaan untuk Memaksimalkan Potensi Karyawan Perusahaan

Label:
Salah satu hal yang harus dilakukan para manajer dan profesional MSDM untuk memelihara angkatan kerja yang efektif adalah melalui kompensasi. Menurut Richard L. Daft, istilah kompensasi dapat merujuk kepada semua pembayaran moneter ataupun semua komoditas yang dapat menggantikan uang dalam memberikan penghargaan kepada karyawan. Tingkat kompensasi dikembangkan perusahaan dengan membandingkan sistem kompensasi yang diberikan perusahaan lain untuk karakteristik pekerjaan yang serupa.
Menurut Bernardin dan Russel, tingkat kompensasi dapat menentukan gaya hidup, status, dan perasaan karyawan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, kompensasi merupakan masalah yang krusial bagi perusahaan.
Dalam manajemen sumber daya manusia, mengembangkan sistem kompensasi yang efektif merupakan hal yang sangat penting untuk menarik dan mempertahankan karyawan-karyawan yang berbakat. Apabila perusahaan tidak dapat memberikan kompensasi dan kondisi kerja yang layak, perusahaan dapat mengalami kesulitan dalam mempertahankan karyawannya. Contoh kasus dapat dilihat dari perputaran tenaga kerja Pasific Health Care System yang sangat tinggi pada bulan Januari 1999. Dengan tingginya perputaran tenaga kerja tersebut, harga saham perusahaan mengalami penurunan tajam sehingga nilai keseluruhan perusahaan ikut menurun secara drastis.
Struktur kompensasi perusahaan dapat berupa gaji, opsi saham (stock option), komisi, bonus, pembagian keuntungan, tunjangan atau program pemeliharaan karyawan dan tunjangan jabatan.
Perencanaan kompensasi strategis meliputi:
• Menghubungkan kompensasi karyawan dengan visi, misi, filosofi dan budaya dalam perusahaan.
• Menyediakan sistem pembayaran moneter yang dibuat untuk karyawan dengan fungsi spesifik dari program sumber daya manusia dalam menyediakan standar pem-bayaran untuk suatu prestasi kerja.
• Berusaha untuk memotivasi para karyawan melalui adanya kompensasi tersebut.
Tujuan dari strategi kompensasi tersebut adalah (a) untuk menghadiahi karyawan atas prestasinya di masa lampau (b) untuk tetap bertahan dalam kompetisi pasar pekerja (c) untuk mempertahankan keadilan upah diantara karyawan (d) untuk menghubungkan prestasi kerja karyawan di masa depan dengan tujuan akhir perusahaan (e) untuk mengontrol anggaran kompensasi (f) untuk menarik karyawan baru dengan keterampilan tinggi (g) untuk mengurangi pergantian karyawan yang tidak terlalu dibutuhkan.

Pendekatan dalam kompensasi karyawan
Pendekatan paling umum dalam kompensasi karyawan adalah pembayaran berdasarkan pekerjaan (job based pay) dimana kompensasi berkaitan dengan tugas-tugas tertentu yang dikerjakan karyawan. Model ini menekankan pada hierarki organisasional dan pengambilan keputusan yang tersentralisasi. Hal ini inkonsisten dengan adanya peningkatan penekanan terhadap partisipasi karyawan dan peningkatan tanggung jawab karyawan. Menurut Sherman, Bohlander dan Snell, sistem job based pay memiliki kelemahan dalam hal perbaikan keahlian dan ilmu pengetahuan. Sistem ini juga tidak mendukung budaya dalam berorganisasi maupun memperhatikan partisipasi para karyawan. Selain itu, fleksibilitas karyawan juga tidak terlalu diperhatikan oleh perusahaan.
Dalam sistem pembayaran berdasarkan keterampilan (competency-based pay), karyawan dengan keterampilan tinggi akan mendapatkan pembayaran yang lebih tinggi daripada karyawan dengan keterampilan rendah. Perusahaan melakukan analisa terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan serta menentukan pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Model competency-based pay diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Quaker Oats dan Sherwin-Williams.

Isu-isu dalam sistem kompensasi
Pertama, pembayaran kerja harus diberikan secara adil sesuai dengan nilai kerja yang telah dilakukan. Dalam hal ini terdapat suatu konsep bahwa pekerjaan laki-laki dan perem-puan tidak sama namun memiliki kesetaraan dalam nilai pekerjaan dengan laki-laki maka harus dibayar sama.
Kedua, kompresi nilai upah. Kompresi dalam pembayaran dibedakan menurut kelas-kelas dalam pekerjaannya. Hal ini terutama dibedakan antara gaji para manajer dengan gaji para pekerja yang dibayar per jam.

Kesimpulan
Sistem kompensasi yang didesain dan diatur dengan baik akan memberikan timbal balik positif terutama dalam mempengaruhi efisiensi dan hasil kerja individu atau karyawan. Sistem kompensasi yang adil dapat membantu proses evaluasi pekerjaan agar lebih realistis dan mudah dicapai. Dengan sistem kompensasi, maka dapat terwujud keseimbangan kerja dan kehidupan.
Sistem kompensasi yang baik dapat menjalankan fungsinya secara seimbang dengan tidak memberikan hukuman kepada karyawan untuk sesuatu yang diluar kendali namun juga tidak melakukan eksploitasi karyawan. Pada akhirnya, sistem kompensasi yang adil dan memadai dapat memuaskan kedua belah pihak terutama antara serikat pekerja dengan pihak manajemen. Oleh karena itu, setiap perusahaan ataupun organisasi haruslah menerapkan sistem kompensasi dalam menjalankan perusahaan tersebut.



Sumber:

Charlie Cook. 2005. Power Point Presentasion Managing Compensation dalam Belcourt et al. 2005. Managing Human Resources 4th Canadian Edition.
Richard L. Daft. 2003. Management: 6th Edition. United States of America: South-Western College Publishing.
Jeff Madura. 2001. Introduction to Business 2nd Edition. United States of America: South-Western College Publishing.

Rezim-Rezim Internasional

Label:
Keohane dan Nye (1977) menghubungkan konsep keadaan saling bergantung dengan rezim. Rezim merupakan sebuah kerangka kerja, pengharapan, dan preskripsi antara aktor-aktor dalam hubungan internasional. Sebuah rezim beroperasi dalam area permasalahan yang jelas dan pola tingkah laku yang diatur melalui keanggotaan selayaknya dalam organisasi yang memiliki tujuan tersendiri.

Rezim-rezim internasional sendiri didefinisikan sebagai prinsip-prinsip, norma-norma, aturan-aturan dan prosedur-prosedur dalam pembuatan keputusan yang berkisar antara harapan para pelakunya yang berkumpul dalam sebuah area permasalahan yang diberikan.

Konsep dari rezim itu sendiri sampai saat ini masih dipermasalahkan. Ada tiga orientasi dasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan apakah rezim layak untuk dibahas atau tidak. Yang pertama adalah pandangan struktural konvensional, yang menganggap konsep rezim adalah sesuatu yang tidak berguna. Susan Strange meng-anggap rezim sebagai sesuatu yang jahat dan merusak karena mengaburkan kepentingan dan hubungan kekuatan sebagai suatu perkiraan, bukannya sebagai suatu penghabisan.

Yang kedua adalah pandangan struktural yang dimodifikasi, yang menganggap bahwa rezim adalah sesuatu yang layak dipersoalkan dan memiliki pengaruh yang signifikan, namun dalam suatu kondisi yang hampir terbatas.

Yang terakhir merupakan pandangan yang sama sekali berbeda dengan dua pandangan sebelumnya. Grotian melihat rezim sebagai sesuatu yang merembes, atribut melekat dari berbagai kompleks, pola tetap dari tingkah laku manusia. Hopkins dan Puchala melihat bahwa rezim-rezim ada dalam semua area hubungan internasional. Contohnya adalah kasus persaingan Amerika dan Uni Soviet sebagai dua kekuatan terbesar di dunia pasca perang dunia kedua.

Sementara itu, prinsip-prinsip dan norma-norma memberikan karakteristik dasar untuk mendefinisikan sebuah rezim. Perubahan dalam prinsip dan norma akan merubah definisi dari rezim itu sendiri. Apabila sebuah prinsip atau norma ditinggalkan, hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Perubahan tersebut bisa membuat terbentuknya suatu rezim baru atau malah rezim yang telah ada tadi menghilang dari peredaran.

Terdapat beberapa hal yang dapat menjelaskan perkembangan dari rezim. Pertama adalah kepentingan egois diri yang berkeinginan untuk memaksimalkan fungsi kegunaan sendiri, yang mana fungsi tersebut tidak termasuk kegunaan untuk orang lain. Dalam hal ini, seorang pencari kekuasaan sejati selalu berkeinginan untuk memaksimal-kan perbedaan kekuasaan mereka dengan kekuasaan lawan mereka. Menurut Young, terdapat tiga hal yang membentuk rezim. Spontanitas membentuk rezim melalui kumpulan ekspektasi dari aksi beberapa individu. Negosiasi membentuk rezim dari perjanjian eksplisit. Pemaksaan membentuk rezim melalui paksaan eksternal terhadap para pelakunya. Dua diantara tiga hal tersebut, yaitu spontanitas dan negosiasi merupakan faktor yang mendorong terbentuknya rezim melalui kalkulasi egois.

Kedua adalah pembangunan rezim melalui kekuasaan politik. Ada dua orientasi dari kekuasaan. Pertama adalah kosmopolitan dan instrumental untuk mengamankan hasil akhir untuk sistem secara keseluruhan, kedua adalah pelaksanaan yang potensial. Kekuasaan digunakan untuk mempertinggi nilai spesifik para aktor dalam suatu sistem. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kekuasaan maupun mempro-mosikan ekonomi dan lain sebagainya. Dengan adanya dominasi kekuasaan, perlahan rezim akan terbentuk dan syaratnya adalah terdapat suatu distribusi kekuasaan.

Ketiga adalah prinsip-prinsip dan norma-norma, yang merupakan karakteristik dari suatu rezim. Prinsip dan norma mempengaruhi rezim dalam area permasalahan tertentu, namun tidak secara langsung berhubungan dengan area permasalahan tersebut.

Keempat adalah adat dan kebiasaan, yang melengkapi perkembangan rezim setelah kepentingan egois diri, kekuasaan politik serta prinsip dan norma.

Terakhir adalah pengetahuan, yang membantu aktor untuk membentuk suatu rezim serta membentuk suatu ideologi dalam pikirannya. Pengetahuan memiliki pengaruh dalam sistem internasional dan diterima secara luas oleh para pembuat kebijakan. Pengetahuan terutama dapat memfasilitasi perjanjian dalam pembangunan rezim internasional.

Kesimpulan, pembentukan rezim terhubung dengan pola tingkah laku para aktor dan didukung oleh berbagai variabel lainnya. Kepentingan, kekuasaan, norma, prinsip, kebiasaan dan pengetahuan semuanya memiliki bagian penting dalam pembentukan rezim.

Menurut saya sendiri, rezim merupakan suatu konsep yang selalu ada dalam hubungan internasional, namun cenderung bersifat menekan dan memaksa. Rezim bisa diartikan sebagai kekuasaan yang hanya dimonopoli oleh satu orang saja yang didukung oleh segelintir lainnya dan untuk mempertahankan kekuasaan yang sudah dimiliki digu-nakan cara yang agak sewenang-wenang atau diktator. Akan tetapi, karena rezim merupakan bagian tak-terpisahkan dari sistem internasional, maka rezim layak dipelajari untuk selanjutnya dijadikan bahan pembelajaran di masa-masa yang akan datang.


Words can hurt you; or, who said what to whom about regimes

Ernst B. Haas menganggap bahwa rezim adalah sebuah penyusunan dimana para anggotanya terlihat mengatasi dan meminimalkan konflik kepentingan antara mereka sendiri karena mereka menyadari bahwa saling ketergantungan yang kompleks membuat jalannya permainan menjadi lebih beresiko. Sementara itu pembelajaran dari rezim-rezim adalah sebuah jalan untuk memahami homo politicus dengan masa depan dan budaya.

Satu hal yang perlu digarisbawahi, istilah rezim, orde dan sistem bukanlah sinonim meskipun banyak yang mengira demikian. Rezim merupakan bagian dari sebuah sistem. Dalam sistem itu sendiri, rezim merupakan salah satu dari sekian banyak bagian-bagian lain.

Terdapat enam teori untuk menjelaskan rezim, yaitu; eco-environmentalism, eco-reformism, egalitarian, liberalism, mercantilism dan mainstream. Keenam teori tersebut dibagi lagi menjadi dua motafora dasar yaitu mekanik dan organik. Mekanik bertujuan untuk meminimalisir kekacauan dalam sistem dan mengembalikannya dalam keadaan yang seim-bang. Organik mencari keuntungan dari keadaan tidak seimbang dengan tujuan melanjutkan adaptasi ke perubahan kenyataan. Organik terfokus pada organisasi diri evolusioner.

Yang termasuk dalam metafora organik adalah eco-environmentalism, eco-reformism, egalitarian. Sementara yang tergabung dalam metafora mekanik adalah liberalism, mercan-tilism dan mainstream.

Dalam eco-evolusionism, krisis umat manusia, keadaan sulit manusia dan kelangsung-an hidup manusia merupakan keprihatinan utamanya. Krisis-krisis tersebut dilihat sebagai suatu ketidakseimbangan dalam sistem dunia. Untuk membentuk keseimbangan dalam sistem tersebut, evolusi terjadi secara bertahap dalam lingkungan ekologis. Rezim muncul pada tahap menjaga kelangsungan hidup manusia. Rezim dianggap sebagai harga yang harus dibayar dalam mempertahankan kelangsungan hidup manusia tersebut. Sekalipun begitu, rezim sebagai suatu artefak politik hanya memiliki sedikit ketertarikan dengan eco-evolusionism.

Dalam eco-reformism, rezim merupakan kepentingan langsung dari para eco-reformers. Hal ini dikarenakan kepercayaan mereka terhadap prinsip-prinsip desain dan eko-logi sosial sebagai subset penting dari prinsip-prinsip alam. Eco-reformism menerima konsep sistem dunia dan sub-sistem yang mengikutinya. Namun fokus mereka adalah penguasaan terhadap problematis.

Selain itu, eco-reformist setuju dengan eco-evolutionist dalam hal dalam hal harga yang harus dibayar untuk mendapat keuntungan dengan fokus mengumbulkan barang untuk mencapai hidup yang lebih baik. Akan tetapi tidak ada preskripsi konsensual dari rezim untuk membuat orde yang lebih baik, muncul dari para eco-reformist.

Egalitarian melihat orde dunia sebagai konsep yang lebih goyah dibandingkan dengan eco-evolutionist maupun eco-reformist. Orde dunia dinggap sebagai sesuatu yang menyerupai kapitalisme maupun imperialisme. Aktor-aktor utamanya adalah kelas-kelas, MNC atau negara dalam konfigurasi sosial khusus.

Egalitarian lebih tertarik untuk mengkritik keberadaan rezim-rezim sebagai kegagalan memproduksi hasil akhir yang seimbang daripada membuat rezim-rezim yang lebih efisien. Egalitarian menggunakan teori oleh benda-benda publik sebagai argumentasi untuk mensosialisasikan produksi atau pembentukan dunia bersama.

Dalam metafora mekanik, liberal, merkantilis dan mainstreamer sekalipun memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri akan tetapi semuanya menerima komitmen teoritikal yang pasti. Hal ini disebabkan oleh konseptualisasi dari proses, terutama proses perubahan dalam sosial dan ekonomi, serta standar dalam menentukan harga dan keuntungan dari kolaborasi dan non-kolaborasi.

Liberalisme diambil dari ekonomi neoklasikal, yang melihat bahwa hubungan interna-sional berdasarkan pada pembagian kerja yang dengan efisien memksimalkan kesejahteraan semua orang. Liberal menginginkan adanya rezim-rezim yang kuat. Dengan rezim yang kuat, efisiensi, stabilitas dan hirarki dapat diatur secara maksimal.

Merkantilisme menerima konsep dari pasar-pasar logis dan tidak menolak pembagian kerja internasional berdasarkan keuntungan komparatif. Perbedaan utamanya dengan libera-lisme adalah merkantilisme menolak pemujaan terhadap perdagangan bebas internasional dan investasi sebagai suatu norma.

Sistem kepentingan dari merkantilisme adalah balance of power. Strukturnya anarki, berdasarkan hukum dan dapat menentukan kebijakan. Bentuk rezim yang diterima oleh mer-kantilisme direpresentasikan dengan pengaturan dimana biaya untuk mempertahankan posisi kekuatan dapat ditahan untuk yang kuat dan untuk yang lemah.

Pendekatan terakhir adalah mainstream yang berada diantara liberalisme dan merkan-tilisme. Penganut aliran utama ini membatasi prediksi mereka ke pemahaman proses itu sendiri. Proses yang menarik mereka adalah interaksi antara nilai-nilai tatanan yang diambil dari liberalisme dan merkantilisme.

Rezim menurut aliran ini merupakan pengaturan untuk mengurangi sebab-sebab yang tidak pasti seperti pembangunan, untuk memaksimalkan penerimaan keuntungan aktor dan meminimalkan biaya meskipun ada perubahan kondisi. Tujuan utama dari rezim-rezim adalah untuk menetapkan dan membagi informasi agar memungkinkan aktor-aktornya untuk mengu-rangi ketidakpastian.

Menurut saya, rezim ada dan muncul dari keadaan yang tidak stabil. Teori-teori me-ngenai rezim itu sendiri tidaklah absolut karena muncul dari berbagai pandangan keilmuan, yang berusaha menjelaskan rezim dari keadaan tidak stabil itu sendiri. Karena itu, tidak ada teori yang dianggap paling benar dalam menjelaskan istilah rezim.

Sekalipun begitu, pembagian teori-teori diatas jelas membantu dalam memahami apa sebenarnya rezim itu sendiri. Sekalipun masing-masing teori melihat rezim dari sudut pan-dang yang berbeda-beda, entah sebagai suatu hal yang positif maupun negatif, tujuan akhirnya tetaplah sama, yaitu untuk membentuk dunia dalam suatu tatanan yang teratur.

Source:
Structural Causes and Regimes Consequences: Regime as Intervening Variables by Stephen D. Krasner.
Evans, Graham and Jeffrey Newnham. 1998. The Penguin Dictionary of International Relation. England: Penguin Group.
Krasner,Stephen.1983.International Regimes.New York.Cornell University Press

Potongan Cerita Part 1

Label:
High School Life

“Kau melakukannya lagi!” kata Nadia.
“Hah? Memangnya apa yang kulakukan?” tanyaku sambil berusaha membuat ekspresi datar. Atau ekspresi tak berdosa. Yang mana saja deh!
“Memelototinya seperti itu. Kayak mau menelannya atau semacamnya. “Nadia mengendikkan kepalanya untuk menunjuk orang yang ia maksud.
Aku mengikuti arah pandangnya.
Mataku menyipit ketika menemukan sosok yang sudah kupandangi selama sepuluh menit terakhir sebelum Nadia menginterupsi.
“Nah, kan! Lihat! Kau melakukannya lagi!” tuduh Nadia. Aku mengerucutkan bibir dan berusaha mengalihkan pandangan darinya. Sebagai gantinya, aku memelototi artikel yang sedang kekerjakan.
Aku sudah bergabung dengan koran sekolah sejak masih kelas satu. Setelah setahun penuh dijadikan pesuruh oleh para senior, dan ditugasi menyusun mading-mading sekolah yang konyolnya minta ampun—puisi-puisi norak karya anak kelas satu lain, gambar-gambar binatang yang sudah atau akan punah, foto-foto terbaru Pak Kepala Sekolah (jangan tanya!), agenda kegiatan dari OSIS dan BK—akhirnya aku diberi tugas yang lebih menantang di koran sekolah yang terbit setiap dua hari sekali. Resminya aku diangkat sebagai penanggung jawab pojok ‘Apa Kau Tahu’ yang membahas hal-hal yang belum jamak diketahui oleh anak-anak SMU yang notabene hanya peduli dengan perkembangan gosip artis A dengan artis B atau perkelahian antara vokalis band C dengan drummernya.
Contoh artikel yang kutulis adalah mengenai jamur langka berusia 2400 tahun yang memiliki diameter ratusan hektar. Jamur itu lebih besar dari rumahku dikalikan sepuluh dan sepertinya tidak enak dimakan.
Yeah, benar-benar menyedihkan. Apalagi koran sekolah kami hanya terdiri dari empat halaman kecil dan dijual seharga lima ratus rupiah kepada anak-anak sekolah kami yang bersemangat mengetahui gosip-gosip baru yang beredar di sekolah (yeah, benar sekali! Kami juga memiliki kolom gosip tersendiri. Satu halaman penuh, sebenarnya). Nama korannya: First Star! Aku tidak bercanda! Kepala sekolah kami yang memilihkan nama itu. Menurut beliau nama itu dapat memotivasi pembacanya agar meraih cita-cita setinggi langit.
Bah, yang benar saja Pak!!
Kalau kaupikir para pengurus koran sekolah diam saja dan menerima nama itu dengan lapang dada, kau salah besar. Kakak-kakak senior sudah pernah melakukan unjuk rasa agar diperbolehkan mengganti nama koran sekolah dengan nama lain yang tidak terlalu konyol, namun hasilnya mereka semua malah diancam hukuman skors serta pengalihan kepengurusan kepada para guru.
Itu malah akan lebih mematikan kreativitas dan kebebasan berpendapat para siswa sehingga akhirnya para senior mengalah. Mereka tetap menggunakan nama ‘First Star’ hingga saat ini, lima tahun setelah penerbitan pertama koran tersebut.
Aku berusaha berkonsentrasi kepada artikelku yang membosankan. Sekalipun berkali-kali aku memohon agar diijinkan menulis untuk halaman depan, Kak Andra—pemimpin koran ini—menganggapku belum siap dan selalu menyuruhku kembali berkonsentrasi kepada artikelku sendiri. Kayak ada yang peduli dengan artikel-artikel semacam itu saja!

Neoliberalisme: Memajukan Suatu Bangsa atau Malah Menjatuhkannya?

Kritik Terhadap Neoliberalisme

Pada dasarnya neoliberalisme melihat hubungan antara kebebasan individu dan properti pribadi berdasarkan pesanan pasar. Neoliberalisme mengacu pada filosofi ekonomipolitik dimana pemerintah tidak ikut campur dalam perekonomian domestik. Fokus neoliberalisme adalah pasar bebas dan tidak adanya pembatasan terhadap properti-properti individu. Kebijakan luar negeri menurut, neoliberalisme berkaiatan dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis yaitu, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan atau intervensi militer. Selanjutnya pasar di luar negeri ini dapat menuju kepada perdagangan bebas. Tokoh-tokoh dari neoliberalisme adalah Robert Keohane, Francis Fukuyama, John Maynard Keynes.
Pokok-pokok pemikiran neoliberalisme
a. Campur tangan minimal negara sementara otoritas berada di tangan pasar
b. Privatisasi atau swastanisasi
c. Neoliberalisme menginginkan penghilangan semua bentuk subsidi, semua diserahkan pada pelaku pasar
d. Liberalisasi pada semua hal, tidak ada aturan nasional akan tetapi tujuannya lebih kepada tingkat global.
e. Tujuan neoliberalisme adalah pertumbuhan di bidang ekonomi saja dengan mendukung ekspor keluar negeri.
f. Pasar merupakan aktor utama yang berperan sebagai pengatur sekaligus pengontrol pasar.
Kritik-Kritik terhadap Neoliberalisme
1. Kritik terhadap neoliberalisme berkaitan dengan negara-negara dunia ketiga dan negara-negara berkembang yang aset-aset dalam negerinya dikuasai oleh pihak-pihak asing. Negara-negara dunia pertama banyak menuntut negara-negara lain baik yang sudah berkembang ataupun yang masih dalam proses berkembang untuk segera melakukan liberalisasi perekonomian dalam negeri mereka sehingga negara-negara maju tersebut memiliki pasar untuk memasarkan hasil industrinya. Di lain pihak, negara-negara maju tersebut juga melakukan proteksi terhadap pasar pertanian dalam negeri sendiri. Hal ini menyebabkan negara-negara berkembang yang masih harus beradaptasi dengan institusi ekonomi dan politik dalam negerinya semakin tereksploitasi dan terdependensi terhadap negara-negara maju tersebut.
2. Tiadanya campur tangan negara terhadap perekonomian merupakan salah satu hal yang dapat menunjukkan kelemahan neoliberalisme. Hal ini dapat dilihat dari krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2007 hingga saat ini yang menunjukkan kegagalan pasar yang tidak dapat menjalankan fungsinya secara sempurna (market failure). Keadaan tersebut mendorong pemerintah Amerika Serikat untuk memperbaiki keadaan dengan mengeluarkan dana talangan berjumlah ratusan milyar dollar Amerika. Adanya campur tangan pemerintah menunjukkan bahwa sistem perekonomian berdasarkan neoliberalisme tidak dapat benar-benar bertahan melewati krisis tanpa bantuan dari pihak negara dan pemerintah.
3. Salah satu pendorong kekuasaan pasar menurut neoliberalisme adalah dengan melakukan privatisasi terutama pada usaha-usaha industri yang dikelola pemerintah. Akan tetapi dalam prakteknya privatisasi hanya terjadi kepada negara-negara miskin dan negara-negara berkembang seperti negara-negara Amerika Latin dan negara-negara yang ada di Asia sementara pada negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat, privatisasi tidak benar-benar terjadi.
4. Selain itu, dalam neoliberalisme terdapat implementasi pembebasan arus modal, akan tetapi tidak diiringi dengan pembebasan arus tenaga kerja. Kebijakan neoliberal diangggap mendorong standar lingkungan dan buruh menuju titik yang terendah.
Contohnya saja dalam pengimplementasian NAFTA, perusahaan-perusahaan yang ada di Amerika Serikat banyak yang memindahkan perusahaannya ke Meksiko karena tergiur upah buruh yang jauh lebih rendah dan pasar yang dianggap cukup menjanjikan. Sementara banyak pekerja di Amerika yang kehilangan pekerjaan, di Meksiko upah buruh tidak mengalami perubahan yang berarti. Padahal seiring dengan arus modal yang masuk ke dalam Meksiko maka biaya hidup meningkat drastis. Hal tersebut menyebabkan kesejahteraan penduduk lokal mengalami penurunan yang cukup tajam.
5. Neoliberalisme dapat mendorong terjadinya kesenjangan antar kelas dalam negara maupun dalam lingkup global. Kesenjangan antar kelas dalam negara akan semakin melebar ketika orang yang sudah kaya dan memiliki modal dan alat-alat produksi dapat semakin memperkaya diri, sementara orang yang miskin dan tidak memiliki modal akan semakin terpuruk dalam perekonomian yang sangat kompetitif. Dalam lingkup global, negara-negara dunia ketiga akan mengalami kebergantungan terhadap negara-negara dunia pertama. Negara-negara dunia ketiga akan menjadi sumber eksploitasi ekonomi maupun sumber daya alam bagi negara-negara dunia pertama tanpa mendapatkan timbal balik yang sesuai. Sekalipun negara-negara dunia ketiga ingin menghentikan ketergantungan terhadap negara-negara dunia pertama, namun untuk melakukannya sangatlah sulit tanpa harus mengalami kejatuhan ekonomi yang cukup parah.
6. Kapitalisme dan neoliberalisme melihat bahwa kebebasan pasar, globalisasi dan perdagangan bebas merupakan suatu bentuk neo-imperialisme yang dilakukan negara-negara maju terhadap negara-negara miskin dan negara-negara berkembang.
Bentuk neo-imperialisme ini dikukuhkan melalui Washington Consensus yang bertujuan untuk membebaskan negara-negara Amerika Latin dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Implementasi langsung Washington Consensus adalah structural adjustment, merupakan alat yang digunakan negara-negara maju terutama Amerika Serikat untuk melakukan neo-imperialisme melalui IMF dan World Bank. Bentuk imperialisme ini dilakukan secara halus dengan mendesak negara-negara miskin dan negara-negara berkembang untuk mengintegrasikan perekonomiannya dengan pasar internasional. Dengan kata lain, neoliberalisme mendorong terjadinya imperialisme dari dalam negeri.

Kesimpulan
Pada masa kini, dengan adanya globalisasi, neoliberalisme merupakan paham yang jamak digunakan oleh negara-negara di dunia. Akan tetapi, apakah neoliberalisme menguntungkan bagi negara-negara miskin dan berkembang merupakan suatu hal yang masih harus dipertayakan. Dalam implementasinya dapat dilihat bahwa neoliberal merupakan usaha negara-negara maju untuk memperluas jangkauan ekspansi ekonominya. Oleh karena itu, mengapa banyak negara-negara berkembang yang masih menggunakan ideologi tersebut?
Pertama-tama, negara-negara miskin dan berkembang banyak yang tergiur dengan pinjaman dari IMF dan World Bank yang dapat membantu mengurangi ketidakseimbangan pinjaman fiskal negara. Kemudian, negara-negara berkembang berkeinginan untuk memajukan perekonomian dalam negeri sehingga mengadaptasi neoliberal yang dianggap sukses membawa negara-negara yang mengadaptasinya, seperti Amerika Serikat, menjadi negara industri dengan pendapatan perkapita yang sangat besar dan mampu menyejahterakan penduduknya.
Apa yang harus dilakukan negara-negara berkembang dalam menghadapi neoliberalisme? Neoliberalisme dapat menjadi solusi untuk memperbaiki perekonomian negara terutama seperti dalam kasus krisis Asia pada tahun 1997-1998 yang menunjukkan kegagalan negara dalam menangani perekonomiannya. Akan tetapi untuk mengadaptasi ideologi ini dalam sistem perekonomian dalam negeri haruslah diawali dengan persiapan-persiapan terlebih dahulu, terutama dengan memantapkan perekonomian dalam negeri sehingga mampu bersaing dalam kancah internasional. Selain itu, negara harus menghentikan ketergantungan ekonomi terhadap negara-negara lain dan mulai menjalankan perekonomian yang bergantung kepada kemampuan sendiri. Setelah negara siap, barulah mengimplementasikan prinsip-prinsip neoliberalisme tersebut secara bertahap.

Sumber:
Institute For Global Justice: Gagalnya Neo-liberal dan Perlunya Program Ekonomi Baru. Diakses dari www.globaljust.org pada tanggal 7 Juni 2009.
Jackson, Roberts dan George Sorensen. 1999. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kelemahan Sistem Perekonomian Kapitalis. Diakses dari http://netsains.com pada tanggal 8 Juni 2009.

Ancaman Negara-negara Besar bagi Keamanan Asia Timur

Label: , , , , ,
Ancaman Negara-negara Besar bagi Keamanan Asia Timur

Uni Soviet, Republik Rakyat China dan Amerika Serikat merupakan negara-negara besar yang memiliki pengaruh mengancam di Asia pada umumya dan Asia Timur pada khu-susnya.
Sejarah kehadiran Uni Soviet di Asia Timur dapat dilihat dari perang antara Jepang dan Rusia pada tahun 1904 hingga 1905. Perang tersebut dimulai dari persaingan antara imperialisme Rusia dan Jepang yang memperebutkan Port Arthur, Jazirah Liadong dan jalur rel dari pelabuhan ke Harbin. Pada saat itu Rusia telah membangun pangkalan angkatan laut di Port Arthur. 8 Januari 1904 Jepang melakukan serangan terhadap Rusia di Port Arthur yang berkembang menjadi perang besar. Perang tersebut berakhir tahun 1905 dengan kemenangan Jepang. Kemenangan tersebut memperlihatkan kekuatan Jepang atas negara Barat dan mendo-rong negara-negara lain di Asia untuk memperoleh kemerdekaannya dari kolonialisme bang-sa-bangsa Eropa.
Bertahun-tahun kemudian ancaman baru bagi Soviet muncul dari RRC. Ketika RRC menjalin hubungan dengan Amerika yang merupakan saingan terbesar Soviet, hubungan antara RRC dan Jepang secara otomatis ikut membaik. Hubungan antara ketiga negara terse-but membuat Soviet merasa terancam terutama akan kemungkinan koalisi antar negara-negara tersebut apabila terjadi konflik global.
Untuk menyaingi pengaruh Amerika di Pasifik Barat, Soviet melakukan ekspansi se-cara berlanjut di kawasan Asia Timur. Kekalahan Amerika pada perang Vietnam mengurangi pengaruh Amerika di wilayah Asia dan menimbulkan harapan terjadinya pergeseran kekuatan di Pasifik yang dapat menguntungkan Uni Soviet.
Penyebaran kekuatan militer Soviet di Asia menurun pada akhir 1970 namun kekuat-an yang sudah ada terus dipertahankan dan diperbaiki dari segi perlengkapan. Penyebaran kekuatan militer ini merupakan usaha pencegahan, pertahanan, kekuatan politik sekaligus politik dalam negeri Soviet untuk mengurangi pengaruh Amerika di Asia.

Hubungan antara Amerika dengan RRC baru terjalin pada awal 1970-an. Hubungan tersebut berkembang dan memunculkan suatu pikiran untuk membentuk aliansi dalam rangka menghadapi hegemoni Uni Soviet. Akan tetapi aliansi tersebut pada akhinya tidak terwujud saat pemerintah RRC membuat kebijakan luar negeri yang menjauhkan diri dari aliansi dengan negara besar dan terfokus kepada dunia ketiga.
Kenyataannya kebijakan luar negeri RRC pada dasarnya lebih condong kepada Jepang dan negara barat terutama Amerika. Hubungan tersebut dapat terus berlangsung karena Amerika dan RRC tidak sedang dalam kondisi yang saling mengancam sekalipun memiliki perbedaan ideologi secara mendasar. Hal tersebut dikarenakan kedua negara tersebut memiliki kepentingan yang serupa terhadap Asia.

Di wilayah Korea, Korea Utara mendapatkan dukungan dari RRC dalam perang dengan Korea Selatan. Di lain pihak, Amerika Serikat dan Korea Selatan bekerjasama untuk menjaga keamanan, terutama dari serangan Korea Utara. Perimbangan kekuasaan militer antara kedua negara ini dengan sekutu masing-masing dapat mengurangi terjadinya konflik secara langsung sehingga stabilitas dapat tetap terjaga sekalipun dalam kondisi konflik dan perang.