Yaman: Pusat Krisis di Timur Tengah Selanjutnya atau Masih Mungkinkan untuk Diatasi?

Label: , , ,

Dibandingkan dengan negara-negara Timur Tengah yang lainnya, Yaman merupakan negara kecil yang sebelumnya tidak terlalu mendapatkan perhatian dari dunia internasional. Menurut Max Fisher, negara kecil yang bertetangga dengan Arab Saudi ini merupakan negara yang paling gagal di dunia dengan masalah kemiskinan, pemberontakan serta yang paling baru adalah tudingan sebagai negara yang menjadi basis teroris Al Qayyeda.
Yaman merupakan negara yang dianggap sebagai surga bagi para teroris karena sebagai negara Arab, Yaman memungkinkan Al Qayyeda—yang notabene merupakan organisasi Arab—untuk melakukan infiltrasi atau mobilisasi keluar masuk negara dengan mudah. Dengan kondisi keamanan yang labil sementara mayoritas rakyatnya berada di bawah garis kemiskinan negara ini menjadi basis yang aman bagi para teroris serta tempat yang potensial untuk merekrut para pengikut baru.
Yaman sebagai sarang teroris semakin nyata ketika terjadi percobaan peledakan pesawat Northwest Airlines yang akan mendarat di Detroit pada hari natal 2009 kemarin. Pelaku percobaan peledakan tersebut merupakan pemuda Nigeria yang diduga mendapatkan pelatihan dari Al Qayyeda. Hal ini kemudian semakin diperkuat dengan pengakuan sayap Al Qayyeda di Yaman. Percobaan peledakan pesawat yang gagal tersebut memaksa Yaman untuk memasuki garis depan arena peperangan melawan terorisme yang digencarkan AS.
Amerika Serikat dan Inggris sendiri pada awalnya sempat berkeinginan untuk mengirim-kan pasukan anti-terorisnya ke Yaman untuk memberantas terorisme secara langsung. Akan tetapi kalau menilik kembali tindakan gegabah AS pada saat meluncurkan misil ke dua lokasi di Yaman yang diduga menjadi sarang teroris, AS harus lebih berhati-hati lagi dalam mengeluarkan kebijakannya. Peluncuran misil atas perintah langsung Presiden Obama tersebut dilakukan pada tanggal 17 Desember 2009 dan menewaskan setidaknya120 orang warga sipil sementara kamp pelatihan Al Qayyeda yang diduga berada di daerah tersebut ternyata nihil adanya. Misil tersebut menghancurkan beberapa perumahan dan membunuh 23 anak-anak dan 17 korban wanita menimbulkan munculnya keprihatinan dari masyarakat internasional.
Pihak pemerintah Yaman sendiri, sekalipun terbelit antara masalah pemberontakan dan terorisme, menolak intervensi langsung dari Amerika Serikat maupun Inggris. Menteri Luar Negeri Yaman, Abubakr al-Qirbi menegaskan bahwa sebagaimana yang telah disaksikan dunia atas apa yang terjadi di Irak dan Afghanistan, intervensi dari AS malah hanya akan lebih merusak kondisi Yaman sendiri. Oleh karena itulah Yaman akan berusaha mengatasi masalah terorisme tersebut dengan pasukan keamanan serta tentaranya sendiri.
Akan tetapi al-Qirbi tidak menampik bahwa Yaman membutuhkan bantuan keterampilan teknik, peralatan dan teknologi termutakhir, persenjataan serta informasi intelijen dari negara-negara lain terutama AS dan Inggris. Saat ini Washington telah memasok peralatan militer, informasi intelijen serta melakukan pelatihan terhadap pasukan Yaman untuk memberantas Al Qayyeda.

Konsekuensi Campur Tangan AS bagi Yaman yang Masih Labil

Pada dasarnya Yaman memang negara labil yang memiliki berbagai permasalahannya sendiri bahkan sebelum terpaksa maju ke garis depan pertempuran melawan terorisme. Peluncuran misil dari AS untuk menghancurkan basis Al Qayyeda di Yaman yang kemudian mengalami kegagalan, bantuan persenjataan serta upaya dari AS dan Inggris sendiri untuk bisa memasukkan pasukan anti-terorisnya ke Yaman menunjukkan bahwa paranoia AS akan teroris semakin meluas lagi. Bahkan, apabila dibiarkan, AS dengan kecenderungannya untuk memeran-kan polisi dunia dan ikut campur terhadap permasalahan negara-negara lain mungkin saja tidak akan ragu-ragu memaksa memasukkan pasukannya ke Yaman, menjadikan negara ini sebagai pusat krisis dunia yang selanjutnya, sehingga mengundang perhatian yang tidak diinginkan di lingkungan internasional.
Sejauh ini langkah-langkah yang diterapkan oleh AS masih berkisar di bidang militer saja. Sementara itu baik Inggris maupun Uni Eropa cenderung untuk memberantas terorisme itu sendiri dengan melakukan aksi nyata di Yaman melalui Financial Action Task Force, badan internasional yang menangani kasus pencucian uang dan pendanaan untuk kelompok-kelompok ekstremis. Padahal untuk mengatasi krisis di Yaman tidak harus terbatas pada bidang militer serta usaha untuk menghambat aliran dana teroris saja. Melatih para tentara Yaman untuk menghadapi para teroris mungkin dapat menenangkan sedikit dari kekhawatiran AS dan memberikan solusi bagi salah satu permasalahan dari berbagai permasalahan lain yang dihadapi oleh Yaman.
Menurut penulis sendiri, bantuan yang diberikan oleh AS masih belum bisa membantu memberantas terorisme ataupun sayap Al Qayyeda yang berada di Yaman. Selama masalah kemiskinan masih belum diatasi dan kondisi sosial-politik-ekonomi dalam negeri masih labil, Al Qayyeda masih dapat terus berkembang biak apalagi karena Yaman terang-terangan menolak intervensi lansung dari kekuatan besar yang memungkinkan melakukan pembasmian Al Qayyeda dengan lebih efektif. Selain itu bantuan-bantuan yang diberikan AS serta paksaan bagi pemerintah Yaman untuk segera menghabisi kaum teroris justru malah bisa menimbulkan dendam dan kemarahan dari pihak teroris. Dalam jangka panjang, tentu saja hal ini tidak terlalu menguntungkan Yaman. Apabila para teroris melihat Yaman sebagai antek terbaru AS, bukan tidak mungkin para teroris akan berusaha semakin mengacaukan kondisi dalam negeri Yaman dengan kegiatan-kegiatan terornya. Belum lagi korban yang berjatuhan dari penduduk setempat seperti dalam kasus 17 Desember bisa menyebabkan kemarahan rakyat yang mendorong menurunnya kepercayaan terhadap pemerintah dan munculnya gerakan anti AS. Padahal pemerintah Yaman masih harus membagi perhatiannya dengan masalah pemberontakan yang terjadi di beberapa wilayahnya serta masalah pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah.



Dukungan Ekonomi Sebagai Solusi

Sejauh ini reaksi yang diberikan oleh AS dengan meminimalisir intervensi militer merupakan langkah yang sudah cukup bagus apabila melihat kondisi-kondisi negara-negara Timur Tengah lain yang semakin berantakan dengan intervensi militer langsung AS. Akan tetapi bantuan yang diberikan kepada Yaman sendiri masih mengabaikan kondisi Yaman secara keseluruhan. Salah satu solusi bantuan yang belum dilakukan AS secara maksimal adalah bantuan dari segi ekonomi. Selama ini bantuan ekonomi yang diberikan AS kepada Yaman jumlahnya masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan bantuan yang diberikan kepada negara-negara lain. Padahal memperbaiki infrastruktur Yaman, kondisi pendidikan masyarakatnya serta peningkatan taraf hidup rakyat secara keseluruhan malah bisa menjadi alternatif halus yang bisa mempersulit ruang gerak Al Qayyeda. Bantuan ekonomi juga bisa bukan hanya mendorong terwujudnya stabilitas dalam negeri saja akan tetapi sekaligus sebagai persiapan Yaman dalam menghadapi habisnya pasokan minyak yang menjadi tumpuan ekonomi utama negara ini pada tahun 2017 nanti. Apabila Yaman harus menghadapi masalah habisnya minyak tanpa persiapan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang lainnya, Yaman akan terpaksa menghadapi krisis ekonomi, demografis, dan environmental pada saat yang bersamaan sementara masalah terorisme dan pemberontakan akan berada diluar kendali pihak pemerintah dan semakin sulit diatasi oleh AS sendiri. AS tidak bisa mengabaikan kenyataan ini begitu saja karena ketidakstabilan Yaman akan mempengaruhi ketidakstabilan regional secara keseluruhan dan dapat mengganggu rute perdagangan AS dalam mendapatkan bahan bakar minyak dari regional ini.
Bantuan ekonomi tidak harus dilakukan secara terus-menerus akan tetapi bisa dilakukan secara bertahap dengan intensitas dari besar dan semakin mengecil sedikit demi sedikit hingga negara ini bisa semakin independen. Seiring dengan bantuan tersebut, AS maupun negara-negara lainnya bisa membantu untuk membenahi infrastruktur dalam negeri, membangun sekolah-sekolah serta memperkenalkan budaya enterpreneurship kepada masyarakat Yaman agar mereka bisa lebih independen dan bebas berkreasi dalam usaha untuk memajukan negaranya sendiri. Pada saat yang bersamaan, Yaman bisa membangun militer yang lebih kuat dalam menghadapi berbagai pergelutan menghadapi terorisme dalam negeri dan berbagai konflik lainnya dibawah bimbingan pasukan anti-teroris AS sehingga perbaikan dilakukan secara simultan di berbagai bidang. Pada saat kondisi dalam negeri Yaman semakin stabil, pada saat itulah teroris semakin sulit melakukan pergerakannya sekaligus semakin mudah untuk diberantas dan Yaman bisa terhindar sebagai pusat krisis dunia yang selanjutnya.


Sumber:
Fisher, Max. 2009. “Could Yemen Become The Next Afghanistan?”. Diakses dari http://www.theatlanticwire.com/opinions/Could-Yemen-Become-The-Next-Afghanistan-1977 pada tanggal 12 Januari 2010.
Anonim. 2010. Yaman Terus Buru Anggota Al Qaida. Diakses dari http://www.dw-world.com/dw/article/0,,5095831,00.html pada tanggal 12 Januari 2010.
Adams, Henry. 2009. Obama intervenes in Yemeni civil strife with strikes killing 120, many civilians. Diakses dari http://www.ufppc.org/us-a-world-news-mainmenu-35/9231/ pada tanggal 12 Januari 2010.

0 komentar:

Post a Comment