Fundamentalisme dan Tatanan Dunia Baru

Label: , , , ,
Setiap gerakan fundamentalisme terjadi karena orang-orang yang berada di balik gerakan-gerakan tersebut menginginkan adanya perubahan. Entah perubahan itu di bidang sosial, politik maupun di bidang budaya dan religi. Dan pada dasarnya, perubahan yang diinginkan oleh fundamentalis adalah membentuk sebuah tatanan dunia baru yang sesuai dengan kepercayaan atau ideal mereka.

Membahas fundamentalisme maka agama merupakan salah satu topik wajib yang selalu dikaitkan dengan istilah fundamentalisme sendiri. Saat ini, dengan berbagai perubahan yang dibawa oleh globalisasi, agama tidak lagi bergerak di ranah-ranah yang bersifat privat saja akan tetapi semakin terbuka dan berinteraksi di ranah-ranah publik. Di Indonesia sendiri, organisasi keagamaan bahkan memainkan peranan yang cukup penting di pemerintahan. Contoh yang paling dikenal adalah Nahdlatul Ulama. Tidak hanya di Indonesia, di Amerika Serikat pun gereja-gereja juga melakukan interaksi langsung dengan publik melalui kegiatan-kegiatan sosial atau edukasi. Sekalipun dua contoh diatas menunjukkan bahwa interaksi antara agama dengan publik atau bahkan pemerintahan bisa berlangsung dengan baik, akan tetapi di beberapa kasus, interaksi antara agama dengan publik bisa membawa akibat-akibat yang tidak diinginkan. Di Lithuania sebagai contohnya, gereja-gereja di negara tersebut justru mendorong masyarakat untuk bertindak melanggar kepentingan umum.

Islam dan Tatanan Dunia Baru

Gerakan-gerakan fundamentalis yang mengusung nilai-nilai Islam saat ini tidak hanya menginginkan perubahan sosial demi perbaikan kualitas hidup semata. Melalui nilai-nilai Islam yang mereka usung, gerakan-gerakan fundamentalis Islam menginginkan pembentukan masyarakat berdasarkan konsepsi dan syariah-syariah Islam. Jadi, sebagai alternatif dari globalisasi, gerakan-gerakan semacam itu berusaha turut bergerak dan berpartisipasi di bidang politik maupun ekonomi, namun tetap dengan mempertahankan kesadaran diri terhadap akar budaya mereka sendiri. Contoh dari gerakan fundamentalisme Islam yang juga terkenal di Indonesia adalah Hizbut Tahrir. Dengan menggunakan masyarakat sipil sendiri, Hizbut Tahrir berusaha membuat tatanan dunia baru yang disebut dengan kekhalifahan. Kekhalifahan merupakan tatanan masyarakat Islam yang pada zaman dahulu muncul pasca meninggalnya Nabi Muhammad. Dalam kekhalifahan, pemimpin yang disebut sebagai Khalifah haruslah beragama Islam. Masyarakatnya sendiri juga harus hidup dalam norma-norma yang diajarkan oleh Islam. Agama-agama lain diijinkan tetap berkembang dan berdampingan secara damai dalam masyarakat tersebut namun tidak bisa berperan aktif dalam perpolitikan.

Fundamentalisme Kristen

Tidak hanya di Islam saja, di agama-agama lain juga terdapat gerakan-gerakan fundamentalisme yang berusaha menonjolkan kepercayaan masing-masing dalam masyarakat. Di AS, ada gerakan yang disebut dengan The Family yaitu gerakan fundamentalis elit yang berusaha memperoleh kekuasaan dengan melakukan kontrol institusi-institusi di AS. Untuk mengembalikan tatanan konservatif, gerakan ini melakukan pembaptisan terhadap elit-elit ekonomi lokal dengan nilai-nilai ke-Kristen-an. Dan untuk memperkuat jaringan politik maupun bisnis mereka, The Family bergerak melalui organisasi-organisasi bayangan seperti the Fellowship, kedutaan Kristen, jaringan doa Capitol Hill, dan sebagainya.

Fundamentalisme Yahudi

Salah satu gerakan fundamentalisme Yahudi yang terkenal adalah Zionisme. Awal mula terbentuknya gerakan ini dimulai pada tahun 1986 ketika Theodore Herzl, seorang jurnalis Yahudi berkebangsaan Austria, menerbitkan bukunya yang berjudul Der Jundenstaat. Herzl merupakan orang yang mencetuskan pendirian negara Israel. Alasan Herzl adalah munculnya paham anti-semit di negara-negara Eropa Timur dan Eropa Tengah, terutama di Jerman. Hal itu pulalah yang menyebabkan terbunuhnya Alfred Dreyfus, Kapten Tentara Prancis yang juga adalah orang Yahudi, karena dituduh menjadi mata-mata musuh. Dalam bukunya, Herzl mengungkapkan bahwa:

1. Orang-orang Yahudi, dimanapun juga mereka berada di permukaan bumi ini, di negara manapun juga meereka bertempat tinggal akan tetap saja merupakan sebuah "bangsa" yang tunggal.
2. Mereka selamanya dan di mana sajapun selalu menjadi korban pengejaran.
3. Mereka sama sekali tidak dapat diasimilasikan oleh negara-negara dimana mereka telah bertempat tinggal sekian lamanya.

Pemecahan yang diajukan Herzl adalah membentuk negara Yahudi yang berdiri sendiri di tanah Zion (Jerusalem), yang merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan bagi mereka. Gerakan untuk kembali ke tanah Israel tersebut kemudian disebut dengan Zionisme. Melalui pemikiran Herzl itulah Zionisme berubah menjadi sebuah gerakan terorganisir yang bertujuan mewujudkan pendirian negara Yahudi. Sebuah kongres Yahudi Internasional digelar di Bassel Swiss pada tahun 1987. Dalam kongres ini disepakati bahwa seluruh Yahudi-Diaspora, atau warga Yahudi yang masih berserak di seluruh dunia, diharuskan segera bermigrasi ke Promise Land yaitu kota Yerusalem. Sekalipun pada mulanya orang-orang Yahudi, terutama yang sudah mapan, merasa enggan untuk pindah ke Palestina, pada akhirnya mereka berbondong-bondong bermigrasi ke Palestina ketika Tragedi Holocaust meletus. Dalam perkembangannya gerakan Zionisme ini berusaha menggunakan tindak-tindak kekerasan dan berusaha mengusir masyarakat Palestina yang mayoritas Islam dari tanah mereka sendiri. Tatanan baru yang diinginkan oleh kaum Zionis ini cenderung lebih eksklusif dibandingkan dengan gerakan fundamentalis lain dimana lingkup yang diinginkan masih hanya sebatas di kawasan konflik Israel-Palestina saja. Akan tetapi dengan menyebarnya kaum Zionis ke seluruh penjuru dunia, termasuk di kalangan pemerintah AS dan di negara-negara Eropa, bukan tidak mungkin kaum Zionis menginginkan sesuatu yang lebih besar lagi untuk para pengikutnya.

Clash of Fundamentalism

Peningkatan gerakan-gerakan fundamentalisme baik dari Timur maupun dari Barat, dari Hizbut Tahrir hingga Ku Klux Klan, memunculkan mitos baru yang disebut dengan clash of fundamentalism atau benturan fundamentalisme yang diprediksi dapat mengguncang tatanan dunia saat ini. Guncangan tersebut terjadi dalam kondisi ketika para ekstrimis dari Barat bertabrakan dan berkonflik dengan para ekstrimis dari Timur. Kondisi ini dimisalkan dengan fundamentalisme politik dari neokonservatif Kristen melawan fundamentalisme agama dari para ekstrimis Islam yang merupakan representasi dari war on terrorism yang dicetuskan oleh Bush sebagai tokoh neokonservatif (Barat) dengan kelompok teroris Islam Al Qaeda (Timur).

Teori Clash of Fundamentalism, menurut penulis pribadi, tidak sepenuhnya mitos belaka. Sebagaimana Clash of Civilization yang dulunya juga dianggap sebagai mitos, juga sudah mulai terlihat kebenarannya dengan benturan antara peradaban Barat, peradaban China dengan Konfusianismenya ataupun peradaban Islam di Timur Tengah. Sejauh ini baik kaum neokonservatif maupun Al Qaeda memang hanya merepresentasikan dua dari berbagai gerakan-gerakan fundamentalisme yang ada di dunia. Bahkan untuk Islam sendiri, Al Qaeda hanyalah satu dari berbagai gerakan fundamentalis yang ada, dimana Al Qaeda dan teror yang digunakan untuk mempromosikan Islam tidak bisa digunakan untuk menilai umat Islam secara keseluruhan karena pada dasarnya yang diajarkan oleh Islam dan agama-agama lain di dunia adalah perdamaian. Akan tetapi masih ada contoh lain ketika ekstrimis Islam berkonfrontasi dengan ekstrimis Yahudi dalam kasus Israel-Palestina, dan mungkin saja masih akan bermunculan kasus-kasus lain yang serupa sebagai konsekuensi globalisasi.


Referensi
Brinkley, Alan. 2003. American History: A Survey. New York: McGraw-Hill.
Garaudy, Robert. Israel dan Praktik-Praktik Zionisme. Bandung: Pustaka.1988.
Khaled, Mahjabeen. 2007. Globalization and Religion pdf. , diakses 20 Mei 2010 Tatanan Dunia Baru

0 komentar:

Post a Comment